Sudah sekitar 10an tahun saya “berlangganan” majalah Harvard Business Review. Sengaja saya pasangi tanda kutip di kata berlangganan karena saya tidak secara resmi tercatat sebagai pelanggan yang dikirimi setiap kali edisi baru terbit. Semua majalah saya dapat dengan cara yang sama, membeli, entah di toko buku atau kalau majalah lokal cukup di kios majalah. Kalau saya sebut langganan, artinya setiap terbit edisi baru saya hampir pasti beli. Sementara yang lain biasanya saya beli hanya kalau isi di edisi tersebut menarik perhatian saya.

Masalahnya majalah Harvard Business Review yang kemudian sering disebut dalam singkatan HBR Magazine ini harganya memang rada-rada. Hampir setiap membelinya di toko buku langganan, saya membayar sambil membatin. Harganya memang berlebihan untuk sebuah majalah. Tapi karena bagi saya isinya selalu menarik perhatian, dari edisi ke edisi, dari halaman pertama sampai yang terakhir, biarpun sambil ngedumel ya saya ambil dan beli juga.

Di Toko Buku Peripus harganya Rp. 318.000,- Bandingkan dengan majalah-majalah bisnis lokal yang biasa saya beli, Marketing dan Marketers, yang masing-masing hanya dibandrol Rp. 50.000,- saja. Atau majalah-majalah bisnis dan teknologi asing lainnya yang juga biasa saya beli seperti Wired atau Inc misalnya. Kalau dihitung-hitung, setahun saja hampir 4 juta rupiah habis untuk majalah satu itu saja tiap tahunnya, tepatnya kalau Rp. 318.000,- dikali 12 itu totalnya Rp. 3.816.000,-. Sementara saya sudah lebih dari 10 tahun berlangganan. Ya katakanlah 10 tahun. Artinya hampir 40 juta sudah. Bisa dapet 2-3 biji skutik baru.

Belum lagi Harvard Business Review ini secara berkala, sepertinya setiap 3 atau 4 bulan sekali juga menerbitkan edisi khusus yang fokus membahas topik aktual tertentu dari berbagai sisi. Harganya biasanya lebih mahal lagi dari edisi regulernya. biasanya main di kisaran Rp. 360.000,- bahkan lebih.

Tapi mau bagaimana lagi. Boleh dibilang saya nggak bisa hidup tanpa HBR. Hehehe. Bukan tanpa alasan juga sih. Isinya memang luar biasa. Artikel-artikelnya sarat ilmu. Kalau istilah millenial-nya sih “daging semua”. Tulisan-tulisan sarat ilmu tidak hanya yang membahas aspek bisnis tertentu. Ada banyak tulisan juga mengarah ke berita aktual. Tapi meskipun untuk sesuatu yang cenderung berita, HBR Magazine biasanya tidak hanya mengabarkan tetapi membahasnya secara mendalam dari sisi ilmu bisnis dan manajemen.

Makanya kalau majalah-majalah lain isinya cenderung cepat out-of-date, majalah Harvard Business Review ini collectible, layak disimpan, karena meskipun tampangnya majalah, isinya lebih mirip buku, tetapi up-to-date sebagai pengetahuan untuk dibaca kapan saja. Mungkin dari sisi ini sih nggak rugi-rugi amat harganya mahal.

HBR Magazine Murah

Sebetulnya ada cara yang lebih murah untuk mendapatkan majalah Harvard Business Review ini. Caranya adalah dengan menjadi member. Salah satu fasilitas yang dimiliki member HBR Magazine ini adalah bisa mendownload versi digital dari setiap edisi HBR Magazine yang pernah terbit. Tipe keanggotaan paling murah biayanya $15 per bulan. Artinya Rp. 210.000,- kalau dikonversikan dengan kurs 1 : 14.000. Selisih Rp. 108.000,- untuk membeli kenyamanan membaca majalah dalam bentuk tercetak rasa-rasanya jatuh-jatuhnya sama saja.

Bulan kemarin, iseng muter-muter di Tokopedia akhirnya saya menemukan pedagang yang menjual HBR Magazine dengan harga Rp. 75.000,- saja. Edisi terbaru. Aslikah? Entahlah. Yang jelas tercetak dalam bentuk majalah dengan kualitas cetakan prima, persis seperti kalau beli di Periplus. Saat itu saya langsung membeli edisi yang tersedia saat itu, November – Desember 2019.

Saya masih mikir-mikir. Apa bulan depan masih ada ya? Jangan-jangan ini hanya orang yang beli normal, abis dibaca trus diplastikin lagi dan dijual. Tapi nggak masuk juga logikanya karena saya rasa pelanggan HBR Magazine akan cenderung meyimpan edisi yang sudah lewat alih-alih menjualnya. Apalagi hanya dengan harga Rp. 75.000,- Rasanya mereka yang biasa baca majalah ini nggak mungkin lah sesusah itu hidupnya. Hehehe. Tapi ternyata sebulan kemudian saya mendapat pesan dari penjual yang sama melalui aplikasi Tokopedia, memberitahukan kalau edisi terbaru HBR magazine sudah datang.

Memang ada biaya pengirman sih. Ke tempat saya dengan diskon biaya kirim saya hanya membayar tambahan Rp. 8000,- saja, jadi jumlahnya Rp. 83,000,-. Sampai dalam 2 hari hanya dengan membayar Rp. 8000,- kan iseng amat mempercepatnya menjadi satu hari dengan membayar Rp. 50.000,- untuk JNE Yes. Lha kadang-kadang nyampenya lebih dari sehari juga koq.

Mudah-mudahan ada terus-terusan. Penghematannya lumayan soalnya. Kalau dihitung setahun termasuk ongkos kirim jatuhnya hanya Rp. 996.000,- setahun. Dibandingkan dengan harga Periplus Rp. 3.816.000,- setahun, ada selisih Rp. 2.820.000,-. Itu belum biaya lain-lain lho. Kalau beli di Periplus kan harus jalan kesana, pake bensin. Bayar parkir, parkiran mall kan juga lumayan mahal. Belum kalo lagi rame, males muter-muter nyari parkir, terpaksa bayar parkir VIP ato valet. Belum lagi karena tokonya di mall jadinya juga larak-lirik ini itu, makan atau minimal ngopi lah.