Kasus Krisdayanti buka-bukaan sudah agak basi rasanya. Mulai ramenya sekitar pertengahan bulan September ini. Artinya sudah dua mingguan lalu. Tapi saya memang tidak terlalu tertarik memantau apalagi membahasnya.
Saya fikir besaran penerimaan para wakil rakyat yang terhormat di Senayan sana itu bukan rahasia yang harus ditutup-tutupi. Kalaupun angka persisnya mungkin belum pernah dipublikasikan secara resmi dengan rinci, kita juga tahulah kalau penerimaan mereka tidak mungkinlah kecil.
Yang membuat kuping saya mulai berdiri bukan angka-angka aduhai yang disebut sosok diva yang sering disebut namanya dalam inisial KD itu.
Reaksi Publik Atas Buka-Bukaan Krisdayanti
Saya mulai tertarik saat melihat reaksi publik yang demikian besar. Banyak yang berkomentar. Banyak diantara komentar itu memuji keterbukaan KD sebagai wakil rakyat yang memang sudah seharusnya bersikap transparan. Tapi DPR sebagai lembaga tempatnya bernaung justru dibanjiri komentar miring, negatif, bahkan cacian.
Kenapa sih heboh? Toh orang udah pada tahu juga. Paling tidak, bisa menebak lah gambaran angka-angkanya. Apa karena yang membukanya sosok KD yang selain seorang Anggota DPR juga seorang diva ternama yang keharuman namanya tidak hanya merebak di tanah air tapi juga tercium sampai ke negara-negara tetangga?
Buktinya seorang crazy rich negara tetangga tertarik untuk bukan hanya menikmati suaranya saja. Ya kan? Ya kaaan?
Tapi rasa-rasanya sih tidak juga ya. Lha keterkenalan para anggota DPR itu kan nggak kalah dibandingkan artis papan atas. Apa lagi kalau anggota DPR itu rajin “berolah vokal” layaknya seorang biduanita? Mungkin tidak ada seorangpun di negeri ini yang gak kenal Krisdayanti. Tapi emang berapa orang sih dari seluruh penduduk negeri yang jumlahnya ratusan juta ini yang nggak kenal Fadli Zon atau Puan Maharani misalnya.
Ssepertinya buka-bukaan Kriadayanti itu menjadi heboh karena seolah mengkonfirmasi kebenaran gambaran di benak publik tentang besarnya penerimaan para wakil rakyat itu. Bagaimana tidak? Krisdayanti itu anggota DPR. Dia sendiri menjadi salah satu dari ratusan anggota DPR yang menerima penghasilan aduhai yang sama. Info tangan pertama. Dari orang yang mengalaminya sendiri.
Kenyataanya dari banyak komentar di platform-platform social media, sepertinya besarnya angka-angka yang disebut Krisdayanti itu jauh lebih besar dari pwrkiraan banyak orang. Padahal perkiraan-perkiraan yang kekecilan itupun sudah sangat besar. Apalagi di telinga orang Indonesia yang mayoritasnya berpenghasilan pas-pasan.
Kalau dulu-dulu cuma nebak-nebak, sekarang terkonfirmasi secara valid, meyakinkan, hampir nggak mungkin salah. Meskipun mungkin bukan sesuatu yang mengejutkan, “wow factor”-nya jadi berasa banget.
Sisi lain yang juga menarik adalah banyak dari komentar-komentar miring itu yang mengungkap seolah-olah sumber kekecewaan mereka itu bukan dari angkanya, tapi dengan membandingkan angka-angka itu dengan kinerja para penerimanya sebagai sosok-sosok yang dipercaya mewakili kepentingan rakyat.
Soal kinerja anggota DPR ini memang dari waktu-ke-waktu sering kali memicu kekecewaan publik. Dari skandar korupsi yang melibatkan anggota bahkan pimpinan DPR, bolos rapat dan sidang, mengantuk bahkan tertidur saat sidang, malah ada yang tertangkap kamera sedang melihat gambar porno saat sidang.
Okelah itu kebanyakan menyangkut moralitas. Tapi bagaimana dengan produktivitasnya? Rasanya tidak lebih baik. Gampang koq ngukurnya. Coba lihat dari tahun-ketahun, berapa prosen dari daftar Prolegnas yang berhasil mereka selesaikan?
Jadi ya sepertinya kehebohan bernada kekecewaan itu juga sangat valid lah. Saya yakin sih kalau kinerja mereka memuaskan, angka-angka itu akan mudah dimaklumi publik.
Reaksi Kalangan DPR Atas Buka-Bukaan Krisdayanti
Semenarik-menariknya reaksi publik atas aksi buka-bukaan Krisdayanti, bagi saya lebih menarik reaksi kalangan DPR sendiri yang nampak seperti kebakaran jenggot. Sejumlah anggota DPR yang lebih senior ramai-ramai memberikan “klarifikasi”.
Kenapa perlu klarifikasi? Bukannyah pernyataan KD itu justru membuat clear sesuatu yang sebelumnya remang-remang? Klarifikasi atas klarifikasi?
Nyatanya publik tidak terlalu tertarik dengan pernyataan-pernyataan mereka. Publik lebih mempercayai angka-angka yang disebut KD, dan klarifikasi-klarifikasi anggota DPR lain itu juga tidak ada yang secara sahih, didukung angka dan data, membuktikan kalau apa yang dikatakan KD itu salah.
Sebaliknya, justru membuat publik semakin meyakini kebenarannya.
Dan memang apa yang dikemukakan KD tidak salah. Politisi Partai Gerindra yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan mengamini kebenaran angka-angka itu. Dilansir media berita detik.com Habiburohmkhman mengatakan “Pernyataan Krisdayanti benar, dan itu bisa dengan mudah dicek di kesekjenan.”
Awalnya terasa agak mengherankan melihat mengapa mereka demikian reaktif. Tapi akhirnya saya menyadari kalau sedikit banyak itu terasa seperti membuka aib.
Tidak terlalu karena publik jadi tahu angka-angkanya yang demikian besar dikeluarkan rakyat untuk membayar wakil-wakilnya. Tapi publik jadi melihat berapa besar uang yang mereka keluarkan untuk membayar hasil kerja yang terasa demikian minim.
Tidak hanya secara perseorangan para anggota dewan lain mengekspresikan reaksi defensif. Lembaga-lembaga resmi organ institusi DPR itu sendiri turut bereaksi. Bahkan partai tempat KD bernaungpun turut bereasi.
Terakhir diberitakan kalau Krisdayanti dipanggil Fraksi PDIP DPR. KD memang duduk di DPR dari partai berlambang banteng itu. Ujungnya KD menyatakan permintaan maaf. Bukan karena mengungkap angka-angka itu, tapi karena menimbulkan kegaduhan.
Closing Note
Sebagai rakyat biasa, sebagai anggota masyarakat, saya justru berterima kasih karena Mbak KD menjadi pelopor keterbukaan. Berapa uang yang mereka terima dalam berbagai label itu dikeluarkan dari kocek rakyat. Sudah selayaknya rakyat tahu. Besar harapan saya akan banyak anggota DPR lain yang mengikuti jejaknya.
Meskipun sebetulnya saya justru agak pesimis. Dengan tekanan yang cukup besar dari dalam terhadap apa yang dilakukan KD, saya justru khawatir, jangankan yang lain mengikuti, malah bisa jadi KD juga akan ragu untuk mengulang aksinya.