Saya nggak bener-bener penggemar sepak bola. Saya bukan orang yang akan berusaha menahan kantuk hanya untuk menonton pertandingan sepak bola meskipun itu sekelas piala dunia. Kalau sempet saja. Kalau kebetulan melek saja. Pertandingan sepak bola yang biasanya membuat saya sengaja menyiapkan waktu nonton itu hanya kalau melibatkan Persib atau Timnas Indonesia.
Kalau memperhatikan tim-tim sepak bola, terutama klub-klub yang bermain di liga utama negara-negara Eropa, selain sisi olah raganya, yang menarik juga sisi bisnisnya. Terutama dalam hal bagaimana para pemain sepak bola seperti diperlakukan sebagai komoditi. Itu yang membuat saya ada perhatian lebih.
Di satu sisi mereka seperti sangat dihargai. Dihargai dengan uang dalam jumlah luar biasa besar. Pemain-pemain sepak bola papan atas itu gajinya selangit. Angka milyar-milyaran itu bukan gaji setahun, bukan pula hitungan bulan, tapi minggu. Belum lagi bonus kalau prestasi mereka membawa kemenangan bagi klubnya. Bukan hal yang mengherankan kalau mereka hidup bergelimang kemewahan dan dikelilingi wanita-wanita cantik. Rumah bak istana, istri model, jet dan kapal pesiar pribadi, jejeran mobil mewah di garasi, menjadi bagian menarik lain dari kehidupan mereka.
Di sisi lain mereka juga nampak sangat-sangat tidak dihargai. Klub-klub sepak bola itu bisa memperjualbelikan pemain-pemainnya seperti barang. Prestasi tidak sesuai harapan, gaya bermainnya kurang cocok dengan strategi pelatih, ada klub lain yang berani membayar lebih mahal, cedera, sudah berumur, bisa menjadi alasan klub menjual pemain seperti kita menjual barang yang sudah tidak terpakai.
Jika kebanyakan pemain sepak bola professional berganti-ganti klub akibat praktek jual-beli berlabel “transfer” itu, yang namanya Lionel Messi beda sendiri. Berjulukan La Pulga, pemain asal Argentina itu sudah sejak tahun 2005 bermain untuk satu klub papan atas Spanyol, Barcelona. Satu klub saja. Seumur hidupnya, sepanjang karirnya, setidaknya sampai detik ini. Messi tidak pernah bermain untuk klub lain selain Barcelona, dan tentunya tim nasional Argentina, negara asalnya. Lulus dari akademi sepak bola milik Barcelona, Messi langsung ditarik untuk bermain disana, dan prestasinya yang luar biasa membuat Barcelona tetap mempertahankannya sampai sekarang.
Selain gaji selangit dan ban kapten di lengannya, Messi juga nampak punya pengaruh cukup besar dalam keputusan-keputusan penting manajemen Barcelona, termasuk soal jual-beli pemain, bahkan perekrutan dan pemecatan pelatih.
Prestasi Messi memang luar biasa. Orang tidak bisa berbeda pendapat soal siapa pemain sepak bola terbaik dunia, karena dia memiliki koleksi 6 Ballon d’Or, trofi pada ajang penghargaan untuk pemain sepak bola profesional terbaik dunia yang digelar setiap tahun. Tidak ada pemain sepak bola profesional lain di muka bumi yang menyamainya.
Barcelona tidak pernah menampakkan niatan menjual Messi. Sebaliknya Messi tidak pernah menunjukkan keinginan untuk meninggalkan Barcelona.
Sampai beberapa minggu belakangan ini.
Messi memang sudah agak lama, mungkin dalam dua tahun terakhir, menampakan kekesalan dengan manajemen Barcelona, bahkan sempat beberapa kali mengutarakan keinginannya untuk meninggalkan klub itu. Tapi sepertinya pernyataan-pernyataan itu tidak lebih dari bumbu perang urat syaraf dengan manajemen yang dinilainya membuat kondisi klub tidak kondusif untuk meraih prestasi maksimal.
Tapi prestasi Barcelona terus menurun dan Messi nampak semakin tertekan. Wajar saja, sebaik apapun prestasi seorang pemain sepak bola secara individual, di lapangan dia hanya satu dari 11 pemain. Di luar lapangan bahkan hanya satu dari sekian banyak orang yang masing-masing punya peran yang sangat penting. Selain pemain yang secara keseluruhan jauh lebih banyak dari sekedar 11 orang yang turun ke dalam lapangan pada saat yang bersamaan, ada tim pelatih dan tim manajemen yang juga sangat menentukan keberhasilan klub meraih kemenangan.
Amarah Messi memuncak seiring kekalahan memalukan di babak awal Liga Champion, dimana gawang Barcelona menjadi bulan-bulanan Bayern Munich yang sukses menyarangkan 8 gol. Sementara dalam pertandingan itu Barcelona hanya mampu mencetak 2 gol saja.
Ada satu sosok yang dituding Messi sebagai biang dari semua permasalahan di tubuh Barcelona, Presiden klub Josep Maria Bartomeu.
Beberapa hari setelah angkat koper dari Liga Champion Messi memutuskan untuk keluar dari Barcelona. Bermodal keyakinan bahwa dia memiliki klausul dalam kontrak yang memungkinkannya bebas meninggalkan klub di akhir musim ini meskipun masa berlaku kontraknya baru akan berakhir tahun depan.
Tapi kalau Messi meyakini bahwa dia bisa melenggang keluar dari Barcelona dengan bebas kapan saja, manajemen Barcelona punya pendapat berbeda. Dengan keinginan agar Messi tetap menjadi bagian dari klubnya, manajemen Barcelona mengharuskan klub manapun yang menginginkan Messi untuk membayar harga transfer sesuai klausul rilis yang luar bisa mahal, 700 juta Euro.
Banyak tim tertarik. Pastinya. Tim mana yang tidak menginginkan pemain terbaik dunia di dalam squadnya. Sayangnya tidak banyak klub yang punya cukup uang untuk membayar gajinya yang luar biasa besar itu. Tapi sejumlah klub papan atas berkantong tebal langsung disebut-sebut antre. Bahkan ada berita menyebut Juventus tertarik untuk menduetkannya dengan Christiano Ronaldo, yang merupakan rival abadi Messi, terutama saat Ronaldo bermain untuk musuh bebuyutan Barcelona di Liga Spanyol, Real Madrid.
Tapi kabarnya Messi sudah punya pilihan sendiri. Dia ingin hijrah ke Liga Inggris bersama Manchester City. Alasan utamanya adalah sosok Pep Guardiola. Pelatih asal Catalan itu pernah menangani Messi dan kawan-kawan saat dia dipercaya menjadi pelatih Barcelona. Tidak dapat dipungkiri, masa keemasan Messi di Barcelona dijalaninya saat bersama Guardiola. 4 tahun kebersamaan keduanya manghasilkan 14 trofi untuk Barcelona.
Berita lanjutannya semkin heboh. Selain Messi dikabarkan sudah menjalin komunikasi dengan mantan pelatihnya itu, Manchester City juga memberi kesempatan Messi untuk ikut berlatih di markasnya sehingga bisa menilai apakah atmosfirnya cocok dengan harapan Messi. Bahkan disebut pula kalau Manchester City sudah menyiapkan dana setidaknya 200 juta Euro untuk menebus Messi dari Bacelona sekaligus menyodorkan kontrak berdurasi 5 tahun bagi si pemain.
Anti-Klimaks
Upaya Messi dan agen sekaligus ayah kandungnya agar Messi bisa dilepas oleh Barcelona setidaknya dengan harga transfer yang wajar sehingga bisa ditebus tim lain tidak digubris manajemen Barcelona.
Sekarang setidaknya satu sesi drama ini sudah berakhir. Messi sudah memutuskan mengukuti keinginan manajemen Barcelona untuk tetap tinggal di klub itu sampai kontraknya berakhir. Artinya baru tahun depan Messi bisa meninggalkan Barcelona dengan status bebas. Artinya kecuali Messi menandatangani perpanjangan kontrak dengan Barcelona, saat dia pindah tahun depan, tim barunya tidak harus membelinya dari Barcelona.
Saya sendiri berarap melihat perubahan, meskipun sebetulnya kalau pindahnya ke Manchester City rasanya agak biasa. Yang seru kalau Messi pindah ke liga Italia, karena artinya kita bisa kembali melihat rivalitas cantik Messi lawan Ronaldo yang sudah lebih dahulu meninggalkan liga Spanyol dan bermain di liga Italia bersama Juventus. Konon Inter Milan merupakan salah satu klub yang tertarik menampungnya.
Tapi yang paling seru kalau Messi pindah ke Juventus. Persaingan Messi v.s. Ronaldo sudah menjadi kisah klasik yang bertahun-tahun sudah kita saksikan. Meskipun asik juga melihat rivalitas mereka yang tak pernah terasa membosankan itu, melihat keduanya bekerja sama akan menjadi sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sayang ternyata kita masih harus menanti setahun lagi sebelum bisa melihat perubahan itu. Itupun kalau beneran terjadi.
Ngapain Sih?
Sebetulnya saya masih berusaha memahami alasan yang sesunguhnya dibalik ngototnya Barcelona mempertahankan Messi.
Ada banyak pengamat membuat analisa macam-macam. Tapi namanya analisa bagaimanapun kan mengandung unsur tebak-tebakan yang tingkat kekentalannya bisa sangat tinggi. Sementara Barcelona sendiri lebih memilih tutup mulut. Tapi ya nggak penting-penting amat juga sih. Kalaupun toh pada akhirnya mereka buka mulut, belum tentu juga mereka mengatakan yang sebenarnya.
Ujung-ujungnya kalau sekedar tebak-tebakan mah saya juga bisa. Bedanya juga nggak akan signifikan, palingan cuman kalau pengamat-pengamat itu membuat analisa, banyak media meliput. Kalau saya yang bikin ya cuman obat gabut saya sendiri doang. Sebagus-bagusnya paling sekedar jadi bahan perdebatan warung kopi.
Mungkin mereka bisa berharap profesionalisme membuat Messi tetap bermain maksimal. Tapi apa iya profesionalisme bisa mnghilangkan faktor emosi sepenuhnya? Atau setidaknya terjaga pada level yang tidak mengganggu? Dengan kondisi psikologis semua fihak, Messi sendiri, pemain-pemain lain, pelatih, manajemen, apa iya prestasinya dalam setahun ini bisa maksimal dan membatu membangkitkan klub dari ketetpurukan?
Daripada menahan Messi setahun lagi dengan kondisi seperti itu, sementara tahun depan mereka tetap harus melepasnya pergi, bukankah lebih baik melepasnya sekarang sehingga tim bisa langsung fokus menyesuaikan diri bermain tanpa Messi? Tanpa kemungkinan adanya friksi yang bisa saja meletup akibat kondisi psikologis masing-masing yang meskipun mungkin bentuknya masih utuh tapi pasti ada retak-retaknya.
Di sisi keuangan rasa-rasanya juga masih lebih baik menjual Messi sekarang daripada melepasnya dengan status bebas transfer tahun depan. Angka 700 juta Euro memang jelas tidak akan ada yang mau. Tapi kalau 100-200 sepertinya beberapa tim berkantong tebal akan bisa mengusahakannya. Setidaknya PSG dengan pundi-pundi timur tengahnya yang seperti sumur tanpa dasar itu rasa-rasanya tidak akan keberatan mengeluarkannya untuk menebus kesempatan lebih baik membawa pulang Piala Champions tahun depan.
200 juta Euro sekarang dan mereka memilih zonk tahun depan. Berapa pemain muda berbakat yang bisa mereka beli dengan uang sebanyak itu? 4? 5? Bukankah Ronaldo saja diangkut Juventus hanya dengan 100 juta Euro saja? Dan mereka memilih mempertaruhkannya untuk seorang pemain yang sudah berumur, secara psikologis sangat beresiko, dan sisa kontraknya tinggal setahun lagi. Messi memang ajaib. Tapi siapa yang bisa menentang usia? Lihat Valentino Rossi contohnya. Sedemikian mahalkah harga ego Bartomeu?
Sepertinya Messi merasa kondisi Barcelona saat ini membuat kemungkinan dia meraih beberapa kali lagi gelar terhormat sangat berat. Kalaupun ganti pelatih. Bahkan kalaupun ganti Presiden. Sementara usianya juga sudah tidak muda lagi. Berapa tahun lagi dia bisa bertahan dengan performanya yang sekarang? Bagi Messi, tinggal sedikit celah waktu itu yang pastinya ingin dia maksimalkan untuk mengukir prestasi.
Sebuah berita menyebut salah satu kalimat yang diucapkan Messi pada Guardiola saat menyatakan keinginanya untuk reunian adalah “Saya ingin dua Ballon d’Or lagi”.
Kenapa Barcelona tidak memilih untuk menghargai prestasi yang diberikan Messi selama ini dengan memberinya kesempatan untuk mengejar ambisinya di penghujung usia produktifnya?
Kalau Messi melihat bahwa dalam kondisinya sekarang ambisi itu tidak mungkin diraihnya bersama Barcelona, kenapa Barcelona tidak legowo saja melepasnya?
Apa Bartomeu dan Barcelona tidak bisa legowo karena mereka bukan orang Jawa?