Terlepas dari drama di dalam tubuh tim Yamaha dimana para ridernya mempertanyakan kebijakan tim yang tidak menurunkan pembalap penguji mereka dalam sesi tes resmi di Sirkuit Misano, motor-motor Yamaha tampil kompetitif sepanjang akhir pekan. Setelah pembalap-pembalap Yamaha bergantian mencatatkan waktu terbaik pada ketiga sesi latihan, mereka juga menguasai sesi kualifikasi.
Bukan hanya menempatkan pembalapnya pada pole position, Yamaha menempatkan keempat pembalapnya di posisi start terdepan. Pembalap tim utama Yamaha, Maverick Vinales menempati pole position. Disusul duo pemàbalap tim satelit Petronas Yamaha, Franco Morbidelli dan Fabio Quartararo berurutan di posisi kedua dan ketiga. Dominasi Yamaha di garis start ditutup Valentino Rossi di posisi keempat.
Menempati posisi start kelima dan keenam di belakang barisan pembalap-pembalap Yamaha ada duo pembalap tim Pramac, Jack Miller dan Francesco Bagnania, yang menunggangi motor Ducati. Berikutnya, posisi ketujuh dan kedelapan ditempati duo Suzuki Ecstar, Alex Rins dan Joan Mir. Menutup posisi 10 terdepan adalah pembalap tim utama Ducati, Andrea Dovizioso, dan pembalap tim Reale Avintia, Johann Zarco, yang juga menggunakan motor Ducati.
Sementara itu bintang baru MotoGP yang tampil dominan di seri-seri MotoGP sebelumnya, KTM, kali ini terlihat kesulitan. Tidak ada satupun pembalap KTM berada di 10 terdepan baris start MotoGP Misano akhir pekan ini. Pembalap KTM paling depan di garis start adalah Pol Eapargaro yang memulai balapan dari posisi ke-11.
Honda jangan ditanya. Jeblok semua. Alex Marquez bahkan memulai balapan dari posisi juru kunci.
Sayang kedigdayaan motor-motor Yamaha tidak bertahan sampai akhir. Vinales yang memulai balapan dari pole position terus melorot dan finish di posisi keenam. Fabio Quartararo gagal menyelesaikab balapan setelah dua kali jatuh. Valentino Rossi kehilangan kesempatan naik podium yang sudah digenggamnya pada lap terakhir sehingga harus puas menutup balapan di urutan yang sama dengan posisi startnya.
Untungnya muka Yamaha masih terselamatkan oleh Franco Morbidelli yang selepas start langsung melesat ke posisi terdepan. Memimpin sepanjang balapan, Morbidelli akhirnya menjuarai seri MotoGP Misano.
Menari untuk diperhatikan juga, penghuni 10 besar saat finish hampir sama dengan 10 pembalap terdepan di garis finish. Hanya dua pembalap yang memulai balapan dari posisi 10 terdepan dan terlempar keluar dari 10 besar saat balapan berakhir, Quartararo yang gagal menyelesaikan balapan dan Zarco yang mengakhiri balapan di posisi ke-15. Menggantikan mereka di 10 besar saat finish ada Takaaki Nakagami, pembalap tim LCR Honda yang finish di posisi kedelapan, dan Pembalap KTM, Espargaro yang finish di posisi ke-10, naik satu peringkat dari posisi startnya.
Sepanjang balapan, yang paling menarik adalah persaingan antara Rossi, Bagnaia, dan Rins yang masing-masing membalap dengan motor berbeda. Rossi dengan motor Yamaha, Bagnaia dengan motor Ducati, dan Rins dengan motor Suzuki.
Saat strart Rossi langsung menyodok dari posisi keempat ke posisi kedua. Sepanjang balapan dia terus menguntit Morbidelli yang melenggang di posisi terdepan. Lap demi lap berlalu, Rossi bukannya memperpendek jarak untuk mengejar Morbidelli, tapi justru pembalap-pembalap di belakangnya yang semakin mendekat.
Saat balapan tinggal menyisakan 6 lap, Rossi kehilangan posisi kedua. Setelah melewati Rins, Bagnaia akhirnya sukses menyalip Rossi di trek lurus untuk merebut posisi kedua. Sangat khas Ducati. Sudah menjadi rahasia umum kalau tenaga motor Ducati memang sangat besar tapi karakternya sangat sulit dikendalikan. Karena itu hampir selalu pembalap-pembalap Ducati melakukan aksi salip di trek lurus. Sementara Mir yang tadinya berada di depan Rins yang merupakan rekan setimnya akhirnya sukses membuyarkan asa Rossi dengan menyalipnya di lap terakhir untuk merebut tempat terakhir di podium.
Padahal setelah gagal mempertahankan posisi keduanya yang direbut Bagnaia, Rossi nampak berjuang keras mempertahankan posisi ketiga dari gempuran duo pembalap Suzuki.
Ada banyak yang dipertaruhkan Rossi dalam balapan yang digelar di sirkuit yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari rumah masa kecilnya. Pertama pastinya podium untuk dirinya sendiri. Kedua, setelah menguasai garis start, Yamaha pasti juga berharap untuk menguasai podium. Ketiga, dua pembalap di depannya adalah orang Italia, sehingga kalau Rossi berhasil finish ketiga akan jadi “all Italian podium”, ketiga posisi podium diisi pembalap-pembalap Italia. Sangat manis karena kebetulan Sirkuit Misano juga berada di Italia.
Sayang Mir merusak segalanya. Jadilah ketiga penghuni podium menggunakan motor berbeda. Morbidelli dengan Yamaha, Bagnaia dengan Ducati, dan Mir dengan Suzuki. Sementara dari sisi kewarganegaraan, Morbidelli dan Bagnaia orang Italia, sementara Mir orang Spanyol.
Tapi yang pastinya membuat hati Rossi mengharubiru adalah kenyataan bahwa Morbidelli yang memenangkan balapan dan Bagnaia yang finish di belakangnya kedua-duanya adalah lulusan VR46 Racing Academy, sekolah balap milik Rossi. Artinya Rossi dikalahkan dua muridnya sendiri. Pastinya menyakitkan di satu sisi, tapi mungkin di sisi lain juga membanggakan.
Sudahlah Rossi
Apakah ini tanda alam bagi Rossi untuk “munggah pandhita”?
Usia Rossi memang masih muda untuk ukuran manusia biasa, tapi tidak untuk atlet profesional termasuk pembalap MotoGP. Banyak yang berpendapat menurunnya prestasi Rossi ada hubungannya dengan usianya, dan karena itu menyarankannya untuk pensiun. Mengganti posisi Rossi dengan pembalap muda mulai musim depan secara tidak langsung menunjukkan bahkan Yamaha sendiri berpendapat begitu.
Memang karir pembalap, termasuk pembalap MotoGP sepertinya beda dengan pemain sepak bola. Banyak bintang-bintang sepak bola melanjutkan karirnya menjadi pelatih. Pemain bintang menjadi pelatih tim-tim papan atas. Sebut saja Zinadine Zidane, Johann Cruyf, atau yang tiba-tiba menyedot perhatian karena menjadi pelatih Barcelona di tengah drama Lionel Messi, Ronald Koeman. Yang prestasi saat menjadi pemain tidak secemerlang mereka, banyak juga yang menjadi pelatih, tentunya di tim-tim berbeda kelas. Sebut saja mendiang Alfred Riedl yang beberapa kali menjadi pelatih Tim Nasional Indonesia selain beberapa tim Liga 1 tanah air.
Satu dua pembalap kemudian menjadi pembalap penguji. Seperti Casey Stoner di Ducati, Jorge Lorenzo di Yamaha, atau Dani Pedrosa di KTM.
Rossi sebetulnya sudah sangat siap untuk pensiun nyaman. Selain kekayaan yang dikumpulkannya sepanjang karirnya, Rossi juga memiliki sekolah balap yang sudah mencetak beberapa pembalap muda yang cukup handal. Saking handalnya sanggup menggusur gurunya sendiri dari podium. Tim balap milik Rossi yang kini berlaga di Moto3 dan Moto2 konon juga sedang dibidik salah satu pabrikan untuk berlaga menjadi tim satelit di MotoGP.