Rookie mistakes merujuk pada kesalahan kecil yang biasa dilakukan oleh pemula. Umumnya kesalahan semacam itu tejadi karena minimnya pengalaman. Pada seri MotoGP Teruel, dua pembalap Honda yang sama-sama berstatus rookie melakukan kesalahan kecil yang membuat mereka kehilangan kesempatan menuntaskan balapan dengan hasil cemerlang.
Dalam dunia kompetisi otomotif, julukan rookie sendiri disematkan pada pembalap yang baru mengikuti kejuaraan. Khusus untuk MotoGP, karena rata-rata pembalap baru datang dari Moto2 yang merupakan kasta di bawahnya, rata-rata rookie merupakan pembalap yang baru naik kelas.
Takaaki Nakagami
Pembalap Jepang, Takaaki Nakagami, yang mengendarai motor Honda untuk tim LCR, sejatinya bukan benar-benar rookie. Nakagami naik ke kelas MotoGP bersama tim LCR sejak tahun 2018. Hanya saja seri-seri MotoGP lalu memang sedikit berbeda. Hampir tidak ada pembalap tim satelit yang cukup kompetitif untuk menembus papan atas yang biasanya didominasi pembalap-pembalap tim pabrikan, itupun merk-merk tertentu saja. Jadi untuk garis depan, apalagi menduduki pole position, Makagami bisa dibilang rookie. Sepanjang karirnya di MotoGP, baru kali ini dia menempati posisi strategis itu.
Rupanya tekanan besar berada di posisi terdepan dan diburu semua pembalap lain yang rata-rata lebih berpengalaman dan memacu motor-motor yang dikenal tangguh membuyarkan konsentrasinya. Nakagami terpeleset dan jatuh hanya beberapa puluh detik selepas start yang sejatinya dijalaninya dengan baik. Lepas start, dia berhasil mempertahankan posisinya untuk melaju terdepan.
Setelah balapan usai, dilansir beberapa media berita, Nakagami menjelaskan kalau kecelakaan yang dialaminya diakibatkan kesalahannya melakukan pengereman di tikungan. Belakangan sejumlah analis menyebut kalau Nakagami masuk tikungan dengan kecepatan terlalu tinggi, diperkirakan karena “lupa” memeprhitungkan bobot motor yang lebih berat karena tanki bahan bakarnya masih penuh.
Sebetulnya Nakagami tidak sendiri. Beberapa detik sebelum dia jatuh, dua pembalap lain sudah mencium aspal duluan. Jack Miller dengan motor Ducati, dan Brad Binder yang menunggangi motor KTM.
Alex Marquez
Adalah Alex Marquez, rookie sesungguhnya yang baru naik kelas tahun ini. Beda dengan Nakagami yang membalap untuk tim satelit, Marquez naik kelas di tim pabrikan yang menjuarai 6 dari 7 musim terakhir lewat tangan dingin kakak kandungnya sendiri, Marc Marquez.
Nampak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan motornya, prestasi Alex Marquez dari seri ke seri cenderung menyedihkan. Prestasi buruk yang langsung berpengaruh pada catatan prestasi Repsol Honda sendiri karena pembalap utama mereka, rekan setim Alex Marquez yang tak lain adalah Marc Marquez, sudah cukup lama absen akibat kecelakaan.
Sepertinya masa transisi Alex Marquez sudah berlalu, ditandai dengan munculnya dia di podium pada dua seri terakhir secara beruntun.
Sayangnya Alex Marquez gagal membuat hattrick podium karena terjatuh, padahal penampilannya cukup kompetitif. Start dari posisi ke-10, saat terjatuh Alex Marquez sedang mengejar pembalap Suzuki pemuncak papan klasemen, Joan Mir, untuk memperebutkan posisi ketiga. Artinya podium sudah di depan mata.
Dengan balapan yang masih tersisa 10 lap lagi, sebenarnya Alex Marquez masih bisa berbuat banyak.
Selepas balapan Alex Marquez menjelaskan kalau kecelakaan yang dialaminya murni disebabkan kesalahannya. Sambil memastikan kalau tidak ada yang salah dengan motor dan ban, Alex Marquez menyatakan kalau penyebab kecelakaanya adalah karena dia terburu-buru ingin mengunci posisi podium.
Franco Morbidelli
Start dari posisi kedua di samping Nakagami, Franco Morbidelli langsung menempel Nakagami yang berhasil mempertahankan posisi startnya untuk memimpin balapan. Saat Nakagami jatuh, Morbidelli langsung mengambil alih posisi terdepan dan ngacir terus sampai garis finish tanpa gangguan sama sekali. Alex Rins yang finish di belakangnyapun tidak satu kalipun mencoba untuk menyalipnya.
Naik kelas ke MotoGP di tahun yang sama dengan Nakagami, Franco Morbidelli sempat menjadi rekan setim Alex Marquez saat sama-sama membalap di kelas Moto2. Mengawali karir MotoGP-nya bersama tim Marc VDS dengan motor bermesin Honda, tahun berikutnya Morbidelli pindah ke tim Petronas SRT dengan motor bermesin Yamaha.
Diantara 4 pembalap yang memacu motor Yamaha tahun ini, Morbidelli sebetulnya merupakan anak bawang karena motornya “jelek sendiri. Kedua pembalap tim pabrikan Monster Yamaha, Valentino Rossi dan Maverick Vinales jelas menggunakan motor terbaru. Fabio Quartararo, rekan setimnya di Petronas SRT menggunakan motor dengan spesofikasi yang sama dengan motor pembalap tim pabrikan. Morbidelli adalah satu-satunya pembalap Yamaha yang menggunakan motor berspesifikasi beda. Motor Morbidelli merupakan motor yang digunakan tim pabrikan pada tahun 2019 lalu.
Meskipun begitu, catatan prestasi Morbidelli tak kalah mentereng dibandingkan dengan pembalap-pembalap Yamaha lainnya. Sepanjang musim ini Morbidelli tercatat dua kali memenangi balapan, sama dengan Vinales yang merupakan rekan setim Rossi di tim pabrikan. Sementara rekan setimnya sendiri, Quartararo, sudah mengemas 3 kemenangan. Rossi? Gak usah ditanya lah. Malu.
Yamaha
Meskipun Morbidelli memenangkan balapan, secara keaeluruhan Yamaha nampak agak loyo. Pembalap-pembalap Yamaha yang menggunakan spek motor baru justru keteteran dan tercecer di luar 5 besar saar finish. Vinales dan Quartararo masing masing finish di posisi ke-7 dan ke-8. Di depannya ada dua pembalap Suzuki yang menemani Morbidelli di podium, dua pembalap KTM, dan Johann Zarco yang membalap untuk tim satelit Ducati, Pramac Racing.
Meskipun tidak tercatat ada pembalap Honda yang finish dengan posisi lebih baik dari Vinales dan Quartararo, rasa-rasanya kalau saja Nakagami dan Alex Marquez tidak jatuh, situasinya bisa jadi berbeda. Saat jatuh, Alex Marquez sudah terlebih dahulu menyalip kedua pembalap Yamaha itu.
Tapi catatan prestasi Yamaha masih lebih baik dari Ducati. Meskipun ada satu pembalap bermotor Ducati yang finish di depan Vinales dan Quartararo, kedua pembalap tim utama Ducati, Andrea Dovizioso dan Danillo Petrucci finish di belakang mereka.
Seri MotoGP Teruel yang seperti seri lalu juga digelar di Sirkuit Aragon cenderung datar malah mungkin agak membosankan. Minim drama dan boleh dibilang tidak ada duel seru nan menegangkan. Aksi-aksi overtaking memang ada, tapi juga cenderung datar, hampir tanpa perlawanan.