Seri MotoGP yang digelar di Amerika Serikat merupakan salah satu seri yang paling sering saya lewatkan. Perbedaan zona waktu membuat gelaran MotoGP disana “nyampe”-nya disini jadi nanggung banget, pukul 02.00 dini hari.

Bukan karena saya jarang begadang jam itu sering terlewatkan. Saya termasuk golongan “night owl” yang lebih seger malam-malam daripada siang hari. Cuma karena jamnya aneh banget jadinya sering terlupakan.

Maklum saya nggak punya TV. Nggak nonton acara TV. Kalau mau nonton balap ya buka streaming di handphone.

MotoGP Austin 2021 ini sebetulnya boleh dibilang salah satu yang paling membosankan.

Bagaimana tidak? Sepanyang 20 putaran memacu motor dalam kecepatan sangat tinggi itu hampir tidak ada momen menarik dan mengangkan dimana para pembalap, terutama mereka yang bercokol di papan atas bertempur saling memperebutan posisi.

Kejar-kejaran, salip-menyalip, bersenggolan, bahkan ada yang nyungsep di gravel, hampir nggak ada.

Padahal disitulah letak daya tariknya.

Marc Marquez yang memulai balapan dari ururan ketiga start lebih baik sehingga langsung memimpin balapan sejak sebelum tikungan pertama. Fabio Quartarsro berhasil menguntit di belakang Marquez setelah sukses mempertahankan posisi startnya. Sementara sang pemegang pole position, Francesco Bagnaia, malah melorot sampai tercecer di ururan keenam.

Setelah itu Marquez dan Quartararo melesat beriringan. Tidak terkejar pembalap-pembalap lain, sementara diantara mereka berdua pun sama sekali tidak ada aksi salim menyalip.

Marquez sukses membuka dan menjaga jarak dengan Quartararo di belakangnya. Quartararo sukses membuka dan menjaga jarak dengan pembalap-pembalap lain yang sepanjang lomba bergantian berada di posisi ketiga.

Dua pembalap yang sama-sama sukses!

Persaingan cukup ketat terjadi di belakang mereka. Beberapa pembalap berpacu dalam jarak yang cukup rapat sehingga membuat mereka bergantian menduduki posisi ketiga. Sayngnya sama sekali tidak ada yang cukup cepat bahkan sekedar untuk mendekati duo pembalap sukses yang nyaman melaju di depan.

Selain Bagnaia ada Jorge Martin, Jack Miller, serta duo Suzuki Alex Rins dan Joan Mir.

Akhirnya meski sempat tercecer ke posisi paling belakang diantara para pembalap yang memperebutkan tempat ketiga, saat balapan masih menyisakan 6 putaran lagi, Bagnaia merangsek ke depan untuk menguasai posisi ketiga yang kemudian dikuncinya sampai akhir lomba.

Bagnaia àhirnya mengisi satu-satunya sisa tempat untuk berbagi podium bersama Marquez dan Quartararo.

Meskipun dari sisi balapan terasa monoton, ada satu hal menarik yang terjadi di MotoGP Austin 2021 ini. Yaitu kembalinya Marquez ke podium pertama seri balapan MotoGP.

Sejak cederà yang memaksanya untuk absen cukup lama, pencapain Marquez di sirkuit cenderung naik turun. Kadang memble kadang juga kompetitif, bahkan sempat sampai naik ke podium.

Apakah Marquez benar-benar siap untuk kembali mengukir prestasi gemilang seperti dulu?

Nggak ada yang tahu tapi semoga saja.

Untuk tahun ini rasa-rasanya sudah terlambat bagi Marquez untuk mencoba merajut asa menjadi juara dunia. Meskipun begitu kalau dia turun dengan intensitas yang sama, akan tersuguh tontonan menarik di sepanjang sisa kompetisi.

Tapi tipikal kepribadin Marquez rasa-rasanya tertutupnya peluang mengejar gelar juara dunia malah akan membuat dia lebih kompetitif. Alih-alih males-malesan dia justru akan tampil tanpa beban.

Dia hanya beraenang-senang memacu motornya tanpa harus takut jatuh dan mengganggu pundi-pundi point kejuaraan.

Tebakan saya, Marquez akan lebih “gila” di sepanjang sisa musim yang hanya tinggal menyisakan beberapa seri ini.

Valentino Rossi

Kalu Marquez is back bagaimana dengan sang legenda berjuluk The Doctor, Valenino Rossi?

Setidaknya kalau kita bicara “progress”, Valentino Rossi jauh lebih baik daripada mereka yang mengakhiri balapan di atas podium.

Marquez naik dua peringkat. Dia start dari posisi ketiga untuk finish pertama. Memenangkan balapan. Quartararo sama sekali tidak ada progress. Start dari posisi kedua, finish tetap kedua. Bagnaiai malah lebih buruk lagi. Mundur. Start dari pole position dan hanya finish di posisi ketiga.

Rossi?

Dia start dari baris paling belakang. Tepatnya posisi ke 20. Nggak ngenes-ngenes amat lah. Bukan yang terakhr koq. Masih ada satu pembalap lain di belakang dia. Danillo Petrucci di atas motor KTM.

Finish ke berapa Rossi? Sang mantan juara dunia itu finish di posisi ke-15. Progress luar biasa. Naik 5 peringkat.

Sedemikian burukkah pencapaian Rossi?

Kalau bicara ekspektasi penggemar, jelas iya. Kalau dibandingkan dengan statusnya sebagai salah satu pembalap paling sukses sepanjang sejarah MotoGP, bisa jadi juga iya.

Tapi kalau mau sedikit lebih realistis menilai performa Rossi di gelaran MotoGP Austin 2021, mungkin paling fair adalah membandingkannya dengan raihan Franco Morbidelli, rekan setimnya yang jauh lebih muda dan dianggap memiliki talenta luar biasa hingga mendapatkan kesempatan untuk mengendarai motor pabrikan Yamaha tahun depan.

Morbidelli start dari posisi ke-13, dan alih-alih naik, poisinya justru turun jauh sehingga hanya finish di posisi 19.

Begitu juga Andrea Dovizioso. Mantan bintang Ducati yang membalap dengan motor tim pabrikan Yamaha menggantikan kursi kosong yang ditinggal Maverick Vinales sebelum musim berakhir.

Tidak bisa diperdebatkan kalau performa motor tim pabrikan pasti lebih mumpuni dibandingkan motor tim satelit yang dikendarai Rossi. Nyatnya hasilnya juga tidak terlalu memuaskan. Dovizioso yang mengawali balapan dari posisi ke-14 hanya bisa naik satu peringkat dengan finih di posisi 13.

Artinya tidak ada kenaikan sama sekali karena di depannya ada Takaaki Nakagami yang gagal menyelesaikan balapan akibat terjatuh.

Koq Quartararo Kompetitif?

Entahlah. Mungkin dia dilahirkan untuk Yamaha. Hanya dia pembalap Yamaha yang saat ini bisa benar-benar bersaing dengan para pembalap tim-tim yang hampir selalu memenuhi barisan depan, Ducati dan Suzuki.

Quartararo kompetitif di hampir semua balapan saat semua pembalap Yamaha lainnya lebih banyak bercokol di papan tengah.

Motor boleh sama, mesin bisa persis, chasis bisa serupa. Pads akhirnya “the man behind the gun”-lah yang paling menentukan.