Power window alias mekanisme pembuka kaca samping mobil secara elektronik sudah menjadi fasilitas umum yang tersedia pada hampir semua mobil. Sayangnya kalau mendadak rusak lumayan bikin pusing juga. Untung DIY power window saya kali ini berjalan lancar.

Mereka yang lahir sebelum masa reformasi mungkin terbiasa dengan mekanisme buka tutup kaca samping mobil dengan cara mengengkol tuas. Maklum pada medio tahun 1980-1990an, fasilitas bernama power window hanya tersedia pada mobil-mobil mewah saja. Umumnya sedan, itupun sedan pada kelas premium saja.

Honda Civic Hatchback yang dipakai tokoh film idola remaja saat itu, Catatan Si Boy, saja belum memiliki fasilitas ini. Apalagi mobil-mobil penumpang yang populer pada masa itu. Sebut saja Kijang Super lansiran Toyota atau Suzuki Carry dan Daihatsu Zebra. Kendaraan umum apalagi. Jangankan power window, ada kacanya dan tidak bocor saat hujan saja sudah lumayan banget.

Power window, sebuah fasilitas yang membuat kita tidak lagi harus membuang tenaga mengengkol hanya sekedar untuk membuka atau menutup kaca samping mobil, sekarang memang sudah menjadi fasilitas standar sebuah mobil. Mobil kembar bertajuk “mobil sejuta umat”, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia saja punya. Bahkan mobil-mobil yang dibuat salam program mobil super murah yang sengaja digagas SBY agar orang miskinpun bisa beli mobil, juga sudah dilengkapi power window.

Tapi sekarang jaman sudah berubah. Kita justru nyengir ngece kalau melihat mobil yang buka tutup kacanya diengkol.

Power Window

Jelas memudahkan. Alih-alih ngengkol, untuk membuka atau menutup kaca mobil kita tinggal menarik atau menekan tombol saja. Sultan kan?

Jangan salah, engkol kaca mobil itu bisa sangat berat kalau kurang dirawat.

Kerusakan Power Window

Masalahnya barang apapun bisa rusak. Jangankan barang dipakai, lha barang nggak dipakai aja bisa rusak. Power window pun begitu. Meskipun rasa-rasanya frekuensi kerusakan engkol kaca mobil lebih sering dibandingkan power window, tidak berarti dia tidak bisa rusak sama sekali. Bisa Bos! Pake banget pula.

Kalau sudah begini sultan aja bisa ngomel, apalagi bini yang pusing muter-muter duit gaji ente yang gak seberapa itu biar tiap bulan bisa bayar cicilan.

Kerusakan power window itu sebetulnya sangat sederhana. Kemungkinan masalahnya hanya dua saja. Nggak bisa naik atau nggak bisa turun. Bisa juga ditambahkan satu lagi, naik nggak bisa, turunpun juga nggak.

Yang rumit perbaikannya. Karena perbaikan power window bukan tergantung pada masalahnya yang hanya ada dua itu saja, tapi tapi tergantung pada penyebabnya. Bisa jadi dari luar, pasokan listrik dari aki yang pastinya digawangi sikring. Bisa jadi dari dalam sistemnya sendiri yang terdiri dari pengendali utama di pintu sopir, switch di masing-masing pintu, motor penggerak di masing-masing pintu, dan mekanisme yang mengubah tenaga dari motor listrik menjadi daya dorong mekanis yang menggerakan kaca.

Efek Kerusakan Power Window

Meskipun nampaknya sederhana, cuma nggak bisa naik nggak bisa turun, efek dari kerusakan power window bisa bikin pusing tujuh keliling. Atau kurang-kurang sedikit tiga atau empat keliling lah. Yang jelas lumayan pusing.

Kalau masalahnya kaca nggak bisa turun, apalagi yang nggak bisa turun di pintu sopir, dari bayar tol sampai ambil tiket parkir kita harus buka pintu.

Tapi itu nggak seberapa. Kalau dalam posisi terbuka kacanya nggak bisa naik alias menutup, kita bisa lebih pusing lagi. Udara panas, AC dihidupkan, tetap saja panas karena kaca terbuka. Hujan, debu, asap knalpot, nggak beda-beda amat dengan naik motor, semua kesedot masuk.

Saat parkir kita tidak lagi bisa meninggalkan mobil. Barang bisa saja kita bawa pergi. Tapi bagaimana dengan barang yang nempel di mobil? Audio mobil misalnya? Lagian kalau kaca terbuka dan orang bisa masuk, bukan hanya barag di dalam mobil yang bisa hilang. Mobilnya sekalian bisa ikut lenyap digondol maling. Gak bisa kan kita caci itu maling dengan bilang “Dasar maling bodoh, mobil rusak koq dicolong!”

Banyak juga orang yang bisa beli mobil tapi nggak sanggup punya garasi. Kalau punya garasi tertutup, meskipun kaca terbuka mungkin aman-aman saja. Carport di depan rumah dengan halaman bergerbang, mungkin masih bisa ditinggal tidur. Kalau terbuka apalagi parkir di pinggir jalan? Alamat nginep di dalem mobil semalaman.

Pengalaman Power Window Rusak

Itulah pengalaman yang saya alami. Saya tinggal di ruko dengan parkiran terbuka langsung ke jalanan. Di kawasan tempat saya ini juga aman aman nggak. Mobil hilang rasanya belum pernah dengar. Tapi motor sudah biasa. Saya sendiri saja pernah kehilangan motor yang diparkir di depan toko.

Sialnya power window Honda BRV yang saya pakai sehari-hari rusaknya sore di hari raya. Tidak ada bengkel buka, apalagi bengkel resmi. Setelah membuka kaca karena keperluan tertentu, tiba-tiba dia macet nggak mau nutup lagi.

Sebetulnya power window mobil saya rusak beberapa hari sebelumnya. Untungnya saat itu pagi di hari kerja. Jadi saya geser-geser beberapa acara hari itu, langsung meluncur ke bengkel.

Semprul bertingkat. Semprul pertama, setelah cukup lama menunggu saya diberi tahu kalau switch di pintu yang bermasalah itu rusak, tidak bisa diperbaiki, harus diganti. Semprul kedua, part pengganti tidak ada. Harus pesan, nunggunya 2 minggu, dan hitung dua minggunya itu dari akhir bulan, dengan alasan sedang ada “stock opname” jadi pesanan belum bisa langsung dieksekusi. Akhir bulannya sendiri masih sekitar 10 harian lagi. Semprul ketiga, harga swith itu sebijinya 650 ribu rupiah. Mahal? Ya mungkin sih biasa-biasa saja kalau saya nggak iseng nyempetin cek harga di Tokopedia yang cuma 210 ribu untuk barang yang sama, original pula. Ready stock juga, bayar langsung kirim, 2-3 hari sampai karena di masa pandemi layanan kiriman cepat sehari sampai seperti JNE Yes atau Tiki ONS tidak ada.

Untungnya, bisa ditutup dulu oleh mekaniknya. Jadi malam itu kalaupun diparkir di luar aman seperti biasa.

Sialnya, beberapa hari kemudian, lupa. Buka kaca, lalu tiba-tiba teriak karena sadar. “Vangke!” Dan nggak bisa ditutup lagi. Lebih sialnya lagi, hari itu situasinya benar-benar tidak memungkinkan untuk nyelang mampir ke bengkel. Jangankan mampir ke bengkel, sekedar pulang untuk tukar mobilpun nggak mungkin. Lagian kalau pulang tukar mobilpun, mobil yang ini kan nggak mungkin ditinggal parkir di depan toko dengan keadaan kaca terbuka.

Akhirnya sementara ngider bersama udara panas dan debu, karena satu kaca terbuka.

DIY Perbaikan Power Window Honda BRV

Sambil jalan diantara macet, parkir, dan nunggu orang, kepala saya terus muter nyari jalan, buka-buka referensi online.

Cek sikring, OK.

Ternyata ada banyak kasus kerusakan power window Honda BRV yang disebabkan masalah yang relatif kecil, switch alias tombol. Lirik-lirik switch power window di semua pintu, saya merasa switch power window pintu kiri depan itu sama persis dengan pintu kiri belakang. “Coba tukar!”, pikir saya. Toh di mobil saya jarang sekali ada yang duduk di bangku belakang. Lagian setidaknya kaca yang nggak bisa nutup ini bisa ditutup dulu. Setidaknya saya bisa lanjut wara-wiri dengan nyaman. Setidaknya nanti malam saat pulang mobil bisa diparkir dengan aman.

Sialnya, ternyata mobil-mobil modern beda banget dengan mobil 10, 20, atau mungkin bahkan 30 tahun lalu. Saya tidak menemukan baut pengikat handle pintu dimana switch power window Honda BRV terpasang. Saya juga tidak menemukan celah diantara panel-panel yang memungkinkan saya menyelipkan sesuatu untuk mencungkil.

Akhirnya … kembali ke Youtube.

Ketemu. Ternyata caranya adalah dengan mendorong sudut belakang handle pintu. Setelah diperhatikan memang disitu ada sedikit takukan dimana kita bisa mendorong panel dengan obeng. Mengikuti tutorial yang saya lihat di Youtube. Saya bungkus ujung obeng minus dengan lap, lalu dorong sudut belakang handle pintu perlahan, dan klek, lepas. Tinggal tarik untuk melepas kaitan-kaitan lainnya. Lalu tinggal tarik soket kabel dari switch power window, dan lepas switch dari handle pintu.

Sekali lagi di pintu belakang dan ternyata memang switch power window Honda BRV itu secara kasat mata depan dan belakang sama persis. OK, buktikan! Pasang switch dari pintu belakang di pintu depan. Posisi, masuk. Keempat sekrup, masuk. Switch kabel, masuk. Sebelum handle pintu dipasang kembali, tes dulu. Hidupin kontak, tarik naik, dorong turun, berfungsi sempurna.

Setidaknya sesuai rencana, setidaknya bisa lanjut wara-wiri tanpa kepanasan, keanginan, kena debu dan asap knalpot, atau bahkan mungkin terpapar Virus Covid-19 yang bisa saja melayang terbawa angin dari pengendara sepeda motor di depan yang ternyata seorang OTG. Bisa saja kan? Soal kaca pintu belakang, diurus nanti lah. Sekalian service rutin aja juga gak apa-apa. Toh jok tengah jarang-jarang juga ada yang dudukin.

Tapi saya ingat beberapa video DIY perbaikan power window Honda BRV yang menunjukkan kalau switch power window yang bermasalah bisa diperbaiki.

Coba … nggak … coba … nggak …

Coba! Gak ada salahnya juga. Jadi pelan-pelab penutup switch pelan-pelan dibuka, dicungkil dengan obeng pada titik-titik dimana terdapat pengait. Setelah lepas, tarik pelan-pelan karet yang merupakan penyalur gerakan tuas tombol pada mekanisme kontak listrik di bagian dalam. Lalu keluarkan elemen kuningan yang merupakan titik kontak listrik. Konon biasanya salah satu penyebab power window Honda BRV dan mungkin juga mobil-mobil lainnya bermasalah adalah kontak yang kotor akibat sedimentasi jelaga yang terbentuk dari percikan api saat permukaan elemen bertemu.

Ternyata ada cairan putih seperti susu – jangan jorok ya – yang mengental dan lengket. Apa mungkin pernah kecipratan tumpahan minuman atau apa, entahlah. Jadi kalau pada video-video DIY perbaikan power window Honda BRV yang saya lihat di Youtube orang menggunakan amplasl untuk membersihkan kutub-kutub kontak, saya hanya perlu kertas tisu.

Setelah bersih, rakit kembali, tes, dan … jalan normal. Saya tes berulang-ulang, siapa tau main-main, sekali-sekali mau, sekali-sekali tidak. Ternyata jalan normal. Normal senormal-normalnya.

Bengkel Resmi Honda?

Inilah masalahnya. Ternyata ada negatifnya juga sih bengkel resmi. Apa-apa main ganti. Tau sih memang duitnya disitu. Tapi mbok ya kalau bisa diperbaiki, diperbaiki saja. Inget betul saya ucapan Service Advisor-nya. “Switchnya harus diganti Pak karena tidak bisa diperbaiki lagi”. Nah tuh, pake kata LAGI disitu. Kesannya kan rusak demikian parah sampe nggak bisa diperbaiki LAGI.

Sebetulnya ini kejadian kedua. Masalah yang sama, di pintu yang sama, pastinya mobil yang sama, pernah terjadi kurang lebih setahun lalu. Cuma saat itu nggak pake minta ganti spare part. Masuk, diperbaiki, keluar sudah normal. Rasa-rasanya sih artinya diperbaiki dengan cara DIY itu tadi lah, gimana lagi.

Padahal saat itupun yang menangani bengkel resmi. Saya nggak pernah bawa mobil ke bengkel luar selain tukang tambal ban. Cuma memang Bengkel Resmi Honda yang berbeda. Lebih deket ke rumah. Lebih besar. Cuman sayang kali ini saya mau bawa masuk kesitu ternyata – entah kenapa – tutup. Jadilah saya bawa ke Bengkel Resmi Honda yang sedikit lebih jauh. Gak jauh-jauh amat sih, mungkin beda jarak 2-3 kilometer saja. Lebih kecil, lebih tua. Dan sebetulnya ini mobil saya ambil dari situ.

Entah keterampilan mekanik beda-beda. Atau kebijakan masing-masing bengkel yang berbeda. Tapi buat saya kalau bisa diperbaiki dan dengan kasat mata keliatan kalaupun diperbaiki nggak membuat dia jauh lebih rentan dari yang baru, ya apa salahnya diperbaiki. Apalagi dia nggak punya stok spare part. Apalagi nunggu pesanan spare part itu waktunya 2 minggu. Apalagi karena 2 minggunya itu juga harus dihitung dari awal bulan yang masih sekitar 10 hari lagi karena katanya lagi ada stock opname. Apalagi kalo pesen dari Tokopedia orang bisa dapat dengan harga sepertiganya dan barangnya sampai dalam 2-3 hari saja.

Ridiculous? Ember banget!