Akhirnya saat itu tiba juga. Penyandang gelar juara dunia MotoGP sembilan kali, Valentino Rossi, menjalani balapan terakhirnya. Dan bersama entah bersama berapa banyak penikmat gelaran adu cepat roda dua paling bergengsi di planet ini, saya turut larut dalam keharuan menyaksikan momen emosional saat para penggemar dan pembalap lain memberikan penghormatan kepadanya.

Sepanjang perjalanan saya menjadi penikmat gelaran MotoGP, entah sudah berapa banyak pembalap silih berganti datang sebagai rookie dan dan pensiun meninggalkan MotoGP. Dari pembalap-pembalap seangkatan Rossi seperti Kenny Roberts Jr, Max Biaggi, Sete Gibernau, Carlos Checa, dan Loris Capirossi, sampai pembalap-pembalap yang datang sesudah Rossi tapi pensiun lebih dulu seperti Nicky Hayden, Casey Stoner, Danny Pedrossa, dan Jorge Lorenzo.

Tidak pernah seemosional ini.

Setelah sebelumnya saya cukup lama hanya menonton Formula 1, saya menjadi “rookie” pada musim yang sama dengan Rossi, tahun 2000, saat Rossi naik ke kelas GP500 bersama salah satu tim satelit Honda dimana dengan menyandang status rookie Rossi mengakhiri musim pertamanya di posisi runner up, mengalahkan semua pembalap Honda lain termasuk yang berstatus pembalap tim utama.

Musim itu yang keluar sebagai juara dunia adalah pembalap Suzuki, Kenny Roberts Jr.

Mungkin yang membedakan saya dengan Rossi adalah kalau dia memutuskan untuk pensiun sebagai pembalap MotoGP, saya tidak punya niatan untuk pensiun sebagai penonton MotoGP.

Sayang memang kalau bicara prestasi saya cenderung agak kecewa dengan Rossi karena penutupan karirnya tidak terasa heroik. Rossi tidak menutup karir di puncak kejayaannya tetapi setelah terseok-seok di papan tengah atau mungkin malah bawah.

Mengingat bagaimana di masa-masa keemasannya Rossi sering kali nampak bermain-main membiarkan dirinya tercecer ke belakang di awal balapan lalu merangsek menyalip satu-per-satu pembalap-pembalap di depannya, melihatnya berulang kali tercecer di lintasan terasa sangat menyedihkan dan di saat-saat seperti itu saya sering kali berharap agar Rossi pensiun saja.

Tapi dia tidak pernah mendengarkan saran saya.

Seolah yakin kalau usia tidak ada hubungannya dengan prestasi, dia tetap ngotot membalap bahkan sampai kemudian dia “dihinakan” Yamaha dengan menurunkannya ke tim satelit. Alih-alih pensiun Rossi memilih menelan “hinaan” itu dan menjalani musim bersama Petronas, menjadi rekan setim muridnya sendiri, Franco Morbidelli.

Saya selalu bertanya-tanya dalam hati, apa sih yang dia cari lagi? Kalau menunggang motor tim pabrikan saja dia tidak juga bisa kembali bersinar, apalagi dengan motor tim satelit. Meskipun Yamaha menjanjikan untuk memberikan motor yang sama dengan pembalap-pembalap tim pabrikannya.

Dan kemudian terbukti kalau memang keputusan Yamaha benar dan keputusan Rossi salah. Fabio Quartararo, pembalap muda yang dipromsikan dari tim satelit untuk mengambil alih posisi Rossi di tim pabrikan, sukses mengunci gelar juara dunia saat balapan masih menyisakan beberapa seri lagi. Sementara Rossi bersama tim satelit harus puas mengakhiri musim di posisi ke-18 dengan mengumpulkan hanya 44 point.

Sepanjang karirnya Rossi mengoleksi 9 gelar juara dunia, 7 diantaranya di kasta tertinggi, 5 diantaranya diraih berturut-turut dari tahun 2001 sampai tahum 2005, 2 lainnya juga diraih berturut-turut pada tahun 2008 dan 2009.

Setelah tahun 2009 bintang Rossi meredup dan tidak pernah lagi memenangkan gelar juara dunia, Tadinya masih cukup kompetitif, meskipun tidak memenangkan gelar juara dunia, tapi bercokol di papan atas. Tapi makin kesini jangankan juara dunia, bahkan untuk sekedar menjadi juara seri atau naik podium saja semakin jarang terjadi.

Lihat saja datanya:

  • Tahun 2010 gelar juara dunia diduduki Jorge Lorenzo, Rossi berada di posisi ke-3 klasemen akhir.
  • Tahun 2011 gelar juara dunia jatuh ke tangan Casey Stoner, Lorenzo di posisi kedua, Rossi di posisi ke-7.
  • Tahun 2012 Lorenzo kembali meraih gelar juara dunia, Rossi di posisi ke-6.
  • Tahun 2013 Marc Marquez menjadi juara dunia, Lorenzo menduduki posisi runner-up, Rossi di posisi ke-4.
  • Tahun 2014 Marquez juara dunia, Rossi di posisi ke-3, Lorenzo ke-4.
  • Tahun 2015 Lorenzo juara dunia, Rossi runner-up, Marquez ke-3.
  • Tahun 2016 Marquez juara dunia, Rossi runner-up, Lorenzo ke-3.
  • Tahun 2017 Marquez juara dunia, Rossi ke-5.
  • Tahun 2018 Marquez juara dunia, Rossi ke-3.
  • Tahun 2019 Marquez juara dunia, Rossi ke-7.
  • Tahun 2020 Joan Mir juara dunia, Rossi ke-15.
  • Tahun 2021 Fabio Quartararo, Rossi ke-18.

Sejak Lorenzo masuk menjadi rekan setim Rossi di Tim Yamaha pada tahun 2008 dan meraih gelar juara dunia pertamanya pada tahun 2010, Rossi puasa gelar juara dunia sampai akhirnya pensiun.

Dari tahun 2010 sampai tahun 2019 dimana Lorenzo memutuskan untuk pensiun alibat cedera parah yang dideritanya, praktis keseruan balapan MotoGP didominasi persaingan ketat antara duo pembalap Spanyol, Marquez lawan Lorenzo, sudah sangat jarang melibatkan Rossi.

Sepeninggal Lorenzo, Marquez juga kemudian absen cukup lama karena cedera. Tapi menepinya dua pesaing utama Rossi di lintasan tidak membuat Rossi kembali bersinar justru makin terpuruk.

Ternyata tanpa pembalap-pembalap yang terlalu dominan, MotoGP justru jadi lebih menarik karena aksi adu cepat di barisan depan diramaikan oleh lebih banyak pembalap, nggak itu-itu saja, nggak dia lagi dia lagi.

Jadi sebetulnya sejak 2010 itu keberadaan Rossi di lintasan sudah tidak lagi menjadi sajian utama yang mengocok adrenalin meskipun kita cuma duduk di depan TV, hanya sekedar hiburan yang menghubungkan kita dengan kenangan masa lalu. Kita merasa nyaman saat melihat sang legenda ada di lintasan.

Padahal sebetulnya ada atau nggak tidak banyak berpengaruh pada keseruan, pada pertarungan, pada aksi salip menyalip, asap mengasapi, malah kadang senggol-senggolan.

Tapi bagaimanapun terima kasih sudah mengisi weekend-werkend saya dengan ketegangan setidaknya selama 10 atau 11 tahun dari 2000 sampai 2010. Terima kasih sudah 10 atau 11 tahun konsisten berusaha mengulang kembali kejayaan itu meskipin ternyata tidak juga membuahkan hasil.

Selamat menempuh hidup baru Rossi.

Entah apa rencana Rossi setelah pensiun. Sering diberitakan kalau Rossi memiliki sejumlah usaha yang cukup sukses. Tapi sepertinya dia tidak akan jauh-jauh dari lintasan MotoGP. Tim MotoGP milik Rossi yang sudah mengaspal di kelas Moto3 dan Moto2 konon akan turun di kelas MotoGP mulai tahun depan.

Rossi juga sudak sukses menciptakan regenerasi. Melanjutkan estafet kejayaan pembalap-pembalap Italia yang akhir-akhir ini terus diasapi pasukan pembalap Spanyol. Francesco Bagnaia yang menutup musim sebagai runner-up bersama Ducati adalah murid Rossi di sekolah balap yang dimilikinya. Begitu juga Franco Morbidelli yang tahun depan akan naik kelas menjadi pembalap tim pabrikan Yamaha.