Saya memang sudah menjadikan SEO sebagai profesi selama lebih dari 20 tahun dan saya memang tinggal di Bali. Tapi itu tidak menjadikan saya layang dipasangi label pakar SEO Bali. Saya hanya praktisi, tidak lebih dari itu, apalagi sampai disebut pakar, jauh banget lah.

Ketika kebetulan saya diundang pada acara yang dihadiri banyak pengusaha asing di Bali, tiba-tiba seorang bule mendekat, memperkenalkan diri, berbasa-basi, dan tiba-tiba bilang “Tadi saya diberi tahu kalau anda ini pakar SEO Bali”, dia bilang dalam Bahasa Indonesia yang patah-patah.

“Bule tinggal disini tapi palingan baru beberapa tahun lah”, pikir saya dalam hati. “Wrong person for sure”, timpal saya dalam Bahasa Inggris. Cara halus yang biasa saya gunakan untuk mempersilahkan lawan bicara saya untuk menggunakan Bahasa Inggris saja. Toh kalaupun dia memaksakan diri menggunakan Bahasa Indonesia, kalau segitu sih malah saya yang pusing nyari ngertinya.

Dia menyebut nama seorang expat Bali yang sudah lama saya kenal untuk meyakinkan saya kalau dia tahu apa yang dia katakan itu benar. Jelas dia tahu persis kalau saya memang sudah bermain di dunia SEO sejak saya pertama datang ke Bali, lebih dari dua puluh tahu lalu.

Pakar SEO di Bali

Saya jelaskan bahwa saya memang sudah sangat lama menjadikan SEO sebagai profesi. Sepanjang saya tinggal di Bali, saya menggunakan SEO untuk medorong sales bisnis di banyak bidang. Real estate, pariwisata, e-commerce, bahkan untuk aktivitas sosial. Tapi saya bukan pakar karena saya tidak pernah melakukan riset dan tidak pernah mengajari orang lain.

Setahu saya memang dalam bidang apapun, “syarat” untuk menjadi seorang pakar itu ya itu. Tidak cukup hanya sekedar tahu tapi dia melakukan riset mendalam dan mengajar.

Kita bisa lihat analoginya pada bidang-bidang lain.

Di berita mungkin kita sering melihat tokoh-tokoh yang disebut sebagai pakar politik misalnya, rata-rata mereka akademisi, profesor, mereka mempelajari, melakukan riset, dan mengajar di tingkat pendidikan tinggi. Lalu para praktisi di bidang perpolitikan apakah mereka disebut pakar politik? Tidak. Mereka tetapi saja disebut politisi. Kalaupun mereka sudah puluhan tahun malang melintang di dunia perpolitikan tanah air, paling mereka disebut politisi kawakan, atau politisi berpengalaman.

Di bidang lain juga begitu. Prof. Mahfud MD itu sering disebut pakar hukum. Mungkin sekarang tidak terlalu karena beliau menyandang jabatan eksekutif. Mengapa beliau disebut pakar hukum? Ya karena beliau memang seorang guru besar di bidang itu. Lalu bagaimana dengan para praktisi? Para pengacara berpengalaman puluhan tahun sekalipun tetap saja disebut pengacara, tidak disebut pakar. Paling banter disebut pengacara senior.

Begitu juga dalam bidang SEO. Saya jelaskan pada si bule itu kalau satu-satunya pakar SEO Bali yang saya kenal ya teman saya sejak lebih dari 20 tahun lalu. Memang SEO tidak ada universitasnya. Karena itu dia bukan guru besar, bukan profesor. Tapi dia mempelajari, melakukan riset, dan mengajar. Banyak pengusaha yang sukses melesatkan bisnisnya lewat SEO di Bali merupakan murid dia ini.

Jasa SEO Bali

“Ok, very well”, sahutnya. “So you know SEO very well, then?”, simplulnya seolah-olah meminta konfirmasi saya. “Obviously …” jawab saya pendek sambil menikmati minuman yang sudah mulai berkurang dinginnya karena kelamaan dipegang.

Jawaban singkat saya sepertinya menyadarkan dia kalau saya tidak terlalu tertarik dengan basa-basi dan mulai membicarakan maksudnya. Dia menjelaskan kalau dia punya bisnis di Bali, punya website yang sudah cukup lama jalan, tapi pengunjung websitennya hanya mereka yang melihat alamat website yang dia tulis di kartu nama yang di berikan atau iklan yang dia pasang di media lokal.

“So you did quite a successful promotion”, saya bilang merespon penjelasannya. “No, you took it wrong!”, protesnya. Saya cuma nyengir-nyengir aja. “Elu yang ‘took it wrong’ nggak ngerti disindir”, tapi itu cuma saya ucapkan dalam hati. Lalu dia menjelaskan kalau dia sudah beberapa kali menyewa orang untuk mengurus SEO websitenya, jasa SEO-lah istilah kitanya, tapi tidak mendapatkan hasil yan diinginkan.

“Have no worries, you’re not alone”, balas saya. Saya bilang kalau udah nggak kehitung berapa kali saya sudah mendengar keluhan seperti itu. Nggak kaget, nggak aneh, nggak heran. Saya bahkan bilang kalau kamu bilang sama saya kamu happy dengan jasa SEO yang dia bayar untuk ngurus websitenya, justru saya mungkin akan kaget.

Setelah bicara panjang lebar tentang pengalamannya berurusan dengan beberapa penyedia jasa SEO dari dalam dan luar negeri, yang beberapa diantaranya saya kenal, akhirnya dia menutupnya dengan menanyakan tarif jasa SEO saya. “How much do you charge to coach a website?”, tanyanya tanpa basa-basi lagi.

Are you telling me that you are ready to commit the same mistake for one more time”, tanya saya dengan tawa yang tidak bisa saya sembunyikan.

Tapi kemudian saya jelaskan kepadanya kalau saya tidak melayani jasa SEO atau sejenisnya. Saya tidak pernah tertarik, tidak tertarik, dan sepertinya tidak akan tertarik untuk mengurusi SEO website orang lain. Saya ceritakan kalau saya memang pernah bekerja di sebuah perusahaan dimana saya mengurusi websitenya dari awal sampai akhir, dari membuat website sampai SEO. Tapi saat itu saya bekerja sebagai eksekutif full-time, bukan kontraktor. Selain itu, semua website yang saya urusi ya website-website saya sendiri.

Jasa SEO Bener Pasti Mahal Banget

“There is always be a price for everything”, tantangnya. Tantangan yang untuk sesaat cuma saya balas dengan senyuman.

Setelah saya biarkan dia bermain-main dengan pikirannya sendiri beberapa saat baru kemudian saya jelaskan alasan mengapa saya tidak tertarik menjual jasa SEO meskipun saya tahu ada yang bersedia bayar lumayan mahal.

Saya jelaskan bahwa semahal-mahalnya ongkos jasa SEO itu tetap akan jauh lebih kecil dibandingkan potensi pendapatan yang bisa dihasilkan.

Saya berikan contoh.

Misalnya dia punya website yang mau mendapat ranking bagus dan mendatangkan traffic potensial untuk satu keyword, misalnya saja “book Bali hotel”. Berapa saya bisa minta bayaran? 100 juta? 200 juta? Mungkin nggak sih minta semilyar? Rasa-rasanya nggak deh ya.

Daripada saya buang-buang waktu buat ngurus website orang lain, mendingan saya bikin website sendiri, SEO-kan untuk keyword itu tadi, lalu saya sambungkan saja dengan platform affiliate marketing hotel, apa keq. Saya bisa dapat duit jauh lebih banyak daripada bayaran jasa SEO dan nggak cuma sekali, saya bisa dapet duit terus menerus, bahkan pada saat saya tidur sekalipun.

Makanya kemudian saya bilang kalau orang beneran paham SEO, dia nggak akan mau buang-buang waktu dan tenaga buat ngurusin website orang, jualan jasa SEO. Kalaupun mau ya mahalnya pake banget.

“If you are prepared to spend at least a hundred million a year, I know the right person for you to talk to”, tutup saya sambil ngeloyor menyapa tamu-tamu lain yang kebetulan saya kenal.