Saya termasuk cukup adaptif dengan perubahan. Saya bisa menyesuaikan diri dan padak ahkhurnya membangun kenyamanan dalam situasi baru meskipun itu sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, atau bahkan kalau saya bayangkan sebelumnya saya jelas-jelas meyakini kalau saya tidak menyukainya.
Category: Hobi
Sudut Pandang
Pagi ini satu posting berita di media digital yang biasa saya baca sebagai bagian dari ritual pagi membuat pikiran saya sedikit melayang, way out of topic, mungkin malah sama sekali nggak ada hubungannya dengan konteks beritanya. Yang menarik perhatian saya adalah bagaimana si jurnalis menulis berita, dengan judul yang kata-katanya lumayan bombastis, dengan melihat dari satu sudut pandang saja. Pastinya sudut pandang dia sendiri lah ya.
Seri kedua MotoGP 2022 yang digelar di sirkuit Mandalika memang beda. Sirkuitnya yang dikelilingi alam yang indah, kebiasaan masyarakat sekitar yang tidak biasa di mata para pembalap, sampai undangan Presiden Jokowi ke Istana Negara, merupakan hal-hal yang membuat pemberitaan media dan pembicaraan di media sosial lebih heboh dibandingkan seri-seri MotoGP yang digelar di negara-negara lain. Termasuk di negara tetangga yang mungkin secara tradisi tidak terlalu berbeda dengan Indonesia.
Tidak kalah menarik adalah peranan pawang hujan.
11 lawan 8
Indonesia itu juara dalam banyak hal. Dengan 272 juta lebih, Indonesia menempati urutan ke-4 dalam daftar negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar. Dari segi luas wilayah, Indonesia berada di urutan ke-14. Sementara dari sisi perekonomian Indonesia saat ini merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-16.
Tapi sebangga-bangganya kita dengan tanah air kita memang harus jujur mengakui kalau untuk urusan sepak bola Indonesia bukanlah sebuah kekuatan yang layak diperhitungkan. Jadi wajarlah kalau kemenangan-kemenangan dalam lingkup yang jauh lebih kecilpun membuat saya sebagai satu dari sekian ratus juta anak bangsa ini berbunga-bunga.
Max Verstappen
Hari minggu kemarin gelaran adu cepat paling bergengsi di muka bumi menobatkan seorang juara baru. Max Verstappen yang menggeber mobil bermesin Honda untuk tim Red Bull Racing akhirnya berhasil mengungguli juara bertahan Lewis Hamilton di putaran terakhir dari seri terakhir Formula 1 tahun ini.
Max Verstappen keluar sebagai juara dunia Formula 1 tahun 2021.
Grazie Vale!
Akhirnya saat itu tiba juga. Penyandang gelar juara dunia MotoGP sembilan kali, Valentino Rossi, menjalani balapan terakhirnya. Dan bersama entah bersama berapa banyak penikmat gelaran adu cepat roda dua paling bergengsi di planet ini, saya turut larut dalam keharuan menyaksikan momen emosional saat para penggemar dan pembalap lain memberikan penghormatan kepadanya.
Juara Baru
Juara baru baru saja terlahir di gelaran balap motor paling bergengsi di muka bumi, MotoGP. Fabio Quartararo mengunci gelar juara pada seri yang baru saja digelar di Misano World Circuit Marco Simoncelli, San Marino, Italia yang baru saja berakhir, sementara rangkaian kejuaraan MotoGP tahun ini masih menyisakan dua seri lagi.
Piala Thomas
Untuk pertama kali sejak begitu lama tim bulu tangkis Indonesia pulang dengan kepala tegak membawa Piala Thomas kembali ke tanah air. Belakangan baru saya tahu kalu ternyata penantian yang saya sebut begitu lama itu memang lama banget, 19 tahun. 8 seri berlalu, 6 diantaranya dimenangkan tim bulu tangkis China.
Konon waktu bisa membuat sesuatu yang sebenarnya nggak nyaman menjadi terasa biasa. Sepertinya mendengar tim bulu tangkis Indonesia yang dulu demikian perkasa itu lebih sering pulang dengan tangan hampa menjadi sesuatu yang biasa.
Marquez is Back!
Seri MotoGP yang digelar di Amerika Serikat merupakan salah satu seri yang paling sering saya lewatkan. Perbedaan zona waktu membuat gelaran MotoGP disana “nyampe”-nya disini jadi nanggung banget, pukul 02.00 dini hari.
Bukan karena saya jarang begadang jam itu sering terlewatkan. Saya termasuk golongan “night owl” yang lebih seger malam-malam daripada siang hari. Cuma karena jamnya aneh banget jadinya sering terlupakan.
Cara Mendapat Buku Impor Murah
Harga buku yang terus naik seolah mengingatkan kalau ilmu itu mahal. Kecenderungan saya memilih buku impor membuat belanja buku lebih menguras kantong lagi.
Beberapa tahun lalu di Toko Buku Periplus langganan saya masih ada buku berbanderol di bawah 100 ribu. Buku-buku dengan harga 300 ribuan itu sudah saya anggap mahal. Sekarang rasa-rasanya meskipun yang ditempeli diskon guede buanget pun nggak ada lagi yang di bawah 100 ribum Buku-buku yang masuk kategori mahal, yang dulu harganya bermain di kisaran 300 ribuan, sekarang sudah melewati 400 ribu. Apalagi kalau masuknya ke Kinokuniya.
Karena itu selain selalu tertarik dengan buku, saya juga selalu tertarik dengan cara mendapat buku impor murah.